Laman

Minggu, 06 Juni 2010

Lingkungan Hidup dan Kapitalisme , dan krisis Biodiversitas

Laporan Intergovernmental Panel on Climate ( IPPC ) tahun 2007 mengindikasikan bahwa aktivitas manusia, terutama yang berhububungan dengan penggunaan bahan bakar fosil dan kegiatan pertanian menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang selanjutnya berakibat pada pemanasan global. Ahli geografi Yasson W Moore ( dalam buku Ecology and the accumumlation of capital ) , menyebutkan neoliberalisme mempercepat kerusakan lingkungan dengan dampak multiskalar dari lokal ke global. Negara Cina yang telah menerapkan ekonomi pasar , mencapai pertumbuhan luar biasa melalui eksploitasi buruh murah serta dengan mengabaikan lingkungan hidup. Bila model pertumbuhan ini dipertahankan, diprediksi bakal terperangkap krisis energi , kemerosotan produksi pangan dan bencana alam dahsyat.
Konversi hutan dalam industrialisasi sektor perkebunan ( terutama kelapa sawit ) untuk pasar global tumbuh fantastis setelah penerapan neoliberalisme sejak krisis kapitalisme asia tahun 1997. Menurut PBB setiap tahunnya 20 % dari total emisi karbon global disumbangkan oleh deforestasi dan kerusakan lingkungan , dan Indonesia sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar didunia adalah penyumbang utama ( menurut kementrian kehutanan , setiap tahunnya kita kehilangan 1,17 hektar hutan ). Termasuk juga dalam ongkos lingkungan adalah energi yang dibutuhkan untuk jarak tempuh bahan makanan yang dikirimkan dari lokasi produksi hingga ke konsumen.
Manusia memiliki kemampuan menghancurkan banyak entitas biologi lainnya yang bisa memicu kepunahan biodiversitas . kehancuran hutan dan terumbu karang adalah 2 elemen utamanya .
Hasil sensus sementara tahun 2010 , jumlah penduduk indonesia saat ini sekitar 230 juta, diperkirakan mencapai 270 juta pada tahun 2025. Dapat dibayangkan makin besarnya peningkatan alih fungsi lahan untuk pemukiman dan pertanian , shingga habitat yang menampung biodiversitas akan semakain berkurang, makin besar pula sumbang sih kita pada kepunahan spesies bumi.
Sumber : Arianto Sangaji, Yansen ; Opini ; kompas , 5 Juni 2010 ( Hari lingkungan Hidup )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar