Laman

Senin, 14 Februari 2011

Cacat Pada Penyakit Kusta

Penyakit Kusta yang sangat ditakuti dan merupakan stigma di masyarakat karena cacat mengerikan yang ditimbulkannya, disebabkan oleh kuman Mycobacterium Leprae, ditularkan melalui saluran pernapasan dan dari kontak kulit yang tidak utuh.    Sebenarnya penyakit ini sangat tidak mudah menular mengingat hanya 2 %  dari mereka
yang tertular yang akan menjadi sakit. Meskipun pengobatannya memerlukan waktu yang cukup panjang, saat pertama kali minum obat  99 % kuman yang ada dalam tubuh seorang penderita sudah terpecah pecah dan setelah 2 bulan proses pengobatan, penderita tipe menular sudah menjadi tidak menular lagi.  Kuman kusta terutama menyerang saraf  dan  selaput lendir saluran napas atas, pada tipe menular juga menyebar dijaringan tubuh lain kecuali susunan saraf pusat.  Kuman ini memperbanyak diri didalam serabut saraf halus dibawah kulit, didalam sel makrofag dikulit, didalam sel schwan pada batang saraf tepi . Respon sistem kekebalan tubuh seorang penderita terhadap kuman kusta menentukan tipe kusta yang dideritanya, berupa tipe Multi Baciler yang menular atau tipe Pauci Baciler yang tidak menular ( Hasil pemeriksaan laboratorium kerokan kulit pada tipe Multi Baciler hampir selalu positif menemukan adanya kuman kusta ). Pada penderita tipe Tuberculoid ( termasuk dalam tipe Pauci Baciler ) sebaran penyakit terbatas pada  1 batang saraf tepi dan sedikit lokasi dikulit secara asimetris, sedangkan pada tipe Lepromatous ( termasuk tipe Multi Baciler ) cenderung luas dan simetris. Diantara ke 2 tipe tersebut terdapat tipe tipe Borderline ( perbatasan antara Tuberculoid dan Lepromatous ) yang sebagian besar termasuk dalam kelompok Multi Baciler.  

Saat awal  sekali kuman hanya ada di serabut saraf halus dan dimakrofag dibawah kulit menimbulkan bercak hipopigmentasi disertai gangguan sensoris ( gangguan merasakan sentuhan ringan, tekanan, panas, dingin, nyeri ) dan gangguan otonom ( kering dan tidak berkeringat ) pada bercak . Pada tipe Lepromatosa dapat berupa bercak bercak hipopigmentasi kecil kecil sangat banyak hampir diseluruh tubuh tanpa gangguan sensoris dan otonom, sering juga dalam bentuk infiltrasi menimbulkan bercak / benjolan kemerahan dikulit.   Selanjutnya serangan yang terjadi pada batang saraf tepi selain menimbulkan gangguan sensoris dan otonom juga menimbulkan gangguan motorik yang menyebabkan kelemahan otot diikuti pengecilan otot pada lokasi tubuh tertentu sesuai dengan  saraf yang  terserang.               

Reaksi selama perjalanan penyakit : 
Proses radang secara mendadak akibat respon sistem kekebalan tubuh yang dapat terjadi sebelum diobati, selama proses pengobatan ataupun setelah sembuh .
  • Reaksi tipe I :  Peningkatan mendadak daya tahan tubuh yang menyebabkan proses radang secara mendadak dilokasi yang ada kumannya  pada bercak dikulit dan di batang saraf tepi , diikuti gangguan fungsi termasuk kelemahan/kelumpuhan otot secara cepat. Reaksi ini biasanya terjadi pada penderita tipe borderline.
  • Reaksi tipe II : Pada tipe lepromatosa dengan jumlah kuman yang tinggi, terjadi reaksi antara antigen ( protein kuman ) dengan antibodi didalam tubuh membentuk kompleks imun yang beredar didalam sirkulasi aliran darah . Biasanya dengan demam, dikulit menimbulkan benjolan benjolan lunak dan nyeri terutama didaerah muka, tangan dan tungkai. Pada kondisi yang berat dapat diikuti terjadinya proses radang pada saraf / mata / ginjal / sendi / testis / kelenjar getah bening.
Cacat pada penyakit Kusta meliputi :
  • Cacat primer :  Kerusakan pada batang saraf tepi akibat berkembangnya kuman atau akibat reaksi, menyebabkan pada lokasi tertentu sesuai saraf yang diserang, kulit menjadi kering dan mati rasa, terjadi pengecilan otot dan  kelemahan / kelumpuhan otot. Kelumpuhan otot antara lain : kelopak mata tidak dapat tertutup rapat / jari tangan atau jari kaki lemah ( claw hand ) / pergelangan tangan lunglai ( drop wrist ) / pergelangan kaki lunglai ( drop foot ).   Pada kusta tipe lepromatous stadium lanjut yang tidak diobati, penyebaran kuman pada tulang menyebabkan ujung ujung jari meruncing dan atau pangkal hidung masuk kedalam ( hidung pelana ) , penyebaran pada mata dapat menyebabkan kekeruhan pada kornea, proses radang pada iris ataupun menyebabkan alis mata rontok ( madarosis ). penyebaran kuman pada testis akan menyebabkan terjadinya pembesaran buah dada pada pria ( ginekomasti ).
  • Cacat sekunder :  Pada jari tangan / jari kaki yang lemah sehingga tidak dapat diluruskan, sendi yang tidak pernah digerakkan menyebabkan pemendekan kulit dan ikat sendi diikuti dengan kekakuan ( kontraktur ).   Mati rasa,kulit kering dan kontraktur dapat menyebabkan terjadinya keretakan kulit, luka dan infeksi . Kegiatan sehari hari ( memegang benda, menggunakan alat, berjalan dll ) juga dapat menyebabkan luka dan infeksi memperparah kecacatan, menyebabkan kerusakan otot dan tulang , mutilasi, bentuk tangan / kaki menjadi rusak. Kelopak mata yang tidak dapat menutup rapat ( lagophthalmus ), dapat terinfeksi dan selanjutnya dapat menyebabkan  kebutaan.
Strategi pencegahan cacat :
  • Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin sebelum timbul cacat.
  • Mencegah agar cacat primer yang mungkin sudah terjadi tidak bertambah berat menjadi cacat sekunder, dengan melaksanakan pengamatan dan perawatan diri secara rutin a.l memeriksa tangan dan kaki secara rutin setiap hari agar kulit retak/luka yang tidak terasa dapat segera diketahui dan diobati, melindungi tangan/kaki yang mati rasa dari panas/benda tajam ,melakukan perawatan tangan/kaki yang mati rasa ( Rendam, Gosok, Minyak ), melatih jari / tangan / kaki yang  lunglai, latihan rutin pada  mata lagopthalmus dll
  • Pengamatan tanda tanda neuritis ( radang pada saraf tepi ) / tanda tanda reaksi selama proses pengobatan , juga setelah selesai pengobatan, agar dapat segera ditangani secara tepat.
Masyarakat pada umumnya menganggap cacat pada penderita kusta sebagai tanda penyakit, bukan sebagai akibat dari penyakit . Pada kenyataannya banyak penderita kusta yang dapat disembuhkan tanpa cacat, selain itu banyak juga yang sudah sembuh dan tidak akan menularkan penyakitnya namun cacat yang masih ada menyebabkannya dijauhi dan ditakuti karena masih dianggap sebagai sumber penularan .

Sumber :
~ Buku pedoman nasional pengendalian penyakit Kusta, Ditjen PP dan PL, Depkes RI 2007.
~ Anthony Bryceson, Roy E Pfaltzgraff, Medicine in the tropics, Leprosy, third edition.
~ Felton Ross, Paulus W Halim, Penyakit kusta untuk petugas kesehatan, PT gramedia Jakarta, 1989.

5 komentar:

  1. wah jadi tambah banyak wawasan nih , setealh baca2 di blog http://www.tanyadok.com/kesehatan/kusta-apakah-bisa-disembuhkan sekarng saya mulai paham dengan penyakit kusta

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus