Laman

Rabu, 20 Juli 2011

Jangan Remehkan Diare

Seorang pemuda berusia 28 thn yang mendadak dikabarkan meninggal, ternyata beberapa hari terakhir sebelumnya merasa tidak enak badan disertai diare.
Saat tiba dirumah sepulang dari bekerja beberapa jam sebelum meninggal, mengeluh tidak kuat karena badan terasa sangat lemah, pergi kekamar mandi untuk buang air besar disertai diare, kemudian minum teh tawar hangat dan beristirahat dengan memekai baju tebal dan berselimut ditempat tidur, ternyata ditemukan meninggal saat hendak dibangunkan untuk makan malam.  Berdasarkan penuturan tersebut diatas, kemungkinan besar penyebab kematian adalah dehidrasi berat karena diare. Contoh kasus ini terjadi dikota jakarta pada keluarga yang cukup terdidik ( tingkat pendidikan sekolah menengah atas, ibu pemuda tersebut pernah menjadi kader posyandu ) namun dengan kondisi keuangan terbatas. Mengungkapkan fakta masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang upaya pencegahan dan penanganan dehidrasi karena diare dirumah dan tentang pentingnya segera membawa penderita ke petugas kesehatan/sarana pelayanan kesehatan bila diare makin berat atau terlihat adanya tanda tanda dehidrasi.

Dehidrasi merupakan penyebab utama kematian pada penderita diare, pada tahun 2003 sekitar 1,87 juta anak balita diseluruh dunia meninggal karenanya.  Sebagian besar diare dengan dehidrasi di negara berkembang disebabkan karena rotavirus, karena kuman E.Coli atau karena kuman kolera.  Saat diare terjadi gangguan keseimbangan absorpsi dan sekresi cairan didalam usus halus ( sekresi meningkat, absorpsi berkurang ) menyebabkan terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit ( natrium,clorida, kalium, dan bikarbonat )  , dalam jumlah yang besar menyebabkan dehidrasi, diikuti terjadinya kelemahan otot, gangguan irama jantung, shock, gangguan fungsi ginjal, gangguan kesadaran, diakhiri dengan kematian bila tidak segera diatasi .

Sejak diterapkannya upaya pencegahan maupun penanganan dehidrasi dengan menggunakan  cairan rehidrasi oral oleh WHO dan Unicef, angka kematian balita karena diare secara bermakna sangat turun dari 4,5 juta kematian diseluruh dunia pada tahun 1979 menjadi 1,87 juta kematian pada tahun 2003.  Namun saat ini dibeberapa negara dirasakan terjadinya penurunan pengetahuan dan pelaksanaanya oleh masyarakat.  Prinsip penanganan diare meliputi pemberian cairan rehidrasi, meneruskan pemberian makanan, pemberian antibiotika selektif ( hanya pada diare berdarah, pada tersangka kolera , pada infeksi amuba/giardia sesuai hasil lab ), tidak memberikan obat anti diare ( karena tidak berdampak memperbaiki keseimbangan absorpsi dan sekresi cairan diusus , dapat menimbulkan efek samping ) . 

Tata laksana kasus diare pada balita , sesuai dengan derajat dehidrasi yang dialami seperti  berikut :
1. Saat mengalami diare cair tanpa tanda tanda dehidrasi ( tidak ada keluhan gelisah/lesu, frekwensi dan besarnya rasa haus normal seperti biasanya, mata tidak menjadi cekung, kulit cepat kembali rata  saat dicubit ) upaya pencegahan yang dapat dilakukan dirumah adalah : 
  • Meningkatkan pemberian minum dengan cairan rumah tangga seperti air tajin bergaram, kuah sup ayam / sup sayuran atau memberikan cairan oralit setiap kali habis buang air besar dengan ukuran : 
      anak dibawah 2 tahun         : 50 - 100 cc ( 1/4 - 1/2 gelas ) , diikuti pemberian air minum tawar.
      usia 2 - 10 tahun                 : 100 - 200 cc ( 1/2 - 1 gelas ).
      diatas 10 tahun dan dewasa  : sebanyak mungkin sesuai dengan yang diinginkan.
      catatan : oralit tersedia dan dapat diminta di hampir semua posyandu di Indonesia.
  • Meneruskan makanan seperti biasanya, lebih baik bila dapat diberikan makanan kaya kalium seperti pisang, air kelapa hijau,jus buah.  Makanan ( glukosa, asam amino,peptida  ) merangsang penyerapan natrium dan air, mempercepat pemulihan fungsi dinding usus halus, mempertahankan asupan gizi penderita, mencegah terjadinya malnutrisi. Makanan yang diberikan adalah makanan yang lunak , diberikan lebih sering dari biasanya sekitar 4 - 5 kali per hari.
  • Minum tablet suplemen zink 10 - 20 mg / hari selama 10 - 14 hari.    Pemberian suplemen ini terbukti menurunkan volume diare sebesar 30 % dan frekwensi diare sebesar 25 % , mengurangi kemungkinan sakit diare kambuh lagi.
  • Segera membawa penderita ke petugas kesehatan / sarana pelayanan kesehatan apabila diare bertambah parah   ataupun apabila  muncul tanda tanda dehidrasi.
2. Mereka dengan tanda dehidrasi ringan / sedang ( terdapat minimal 2 tanda dari tanda tanda berupa gelisah / lesu, mata cekung, sangat haus, kulit lama kembali rata saat dicubit ) , dilakukan upaya penanganan dehidrasi yang sebaiknya dilakukan oleh  keluarga dibawah pengawasan petugas kesehatan , yaitu pemberian minum dengan cairan oralit sebanyak 75 cc / kg berat badan  selama 3 - 4 jam , atau sesuai pedoman yang tertera dalam kemasan oralit (  dibawah  1 tahun sebanyak 1 1/2 gelas diikuti pemberian air tawar , 1 - 5 tahun sebanyak 3 gelas, 5 - 12 tahun sebanyak 6 gelas, diatas 12 tahun dan dewasa sebanyak 12 gelas ) sambil  dimonitor terus perkembanagan  dehidrasinya. Selanjutnya setelah dehidrasi dapat diatasi dilanjutkan dengan penanganan dengan upaya pencegahan sesuai prinsip pencegahan pada  kasus tanpa dehidrasi.

3. Bila terjadi dehidrasi berat ( minimal dengan 2 tanda dari tanda tanda berupa : badan sangat lemah / kesadaran menurun, mata  cekung, sulit minum, kulit kembali sangat lambat lebih dari 2 detik saat dicubit, dapat juga disertai tanda tanda seperti tangan lembab dan dingin , buang air kecil sangat berkurang, ) , penanganan dengan pemberian cairan melalui infus di sarana pelayanan kesehatan ( Rumah Sakit / Puskesmas / klinik )


Sumber : 
  • The treatment of diarrhoea, a manual for physicians and other senior health workers ,4th revision, WHO, 2005                
  •  Diarrhoeal disease , fact sheet, WHO  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar