Laman

Selasa, 03 Agustus 2010

Hepatitis dan Sirosis


Dalam peringatan hari Hepatitis sedunia tangal 28 Juli 2010, imunisasi dini bagi bayi usia dini menjadi salah satu yang disuarakan oleh para pemerhati penyakit ini ( Ilmu pengetahuan dan teknologi, Kompas 3 Agustus 2010 ). Hal ini sesuai dengan rekomendasi World Health Organization ( WHO ) agar negara dengan angka kesakitan Hepatitis B diatas 8 % , pada tahun 1997 telah melaksanakan program Imunisasi Hepatitis B untuk bayi yang diintegrasikan dalam program imunisasi rutin. Hasil penelitian menunjukkan angka kesakitan Hepatitis B di beberapa daerah di Indonesia berkisar antara 3 - 20 %.



95 % bayi dengan Hepatitis B akan berkembang menjadi Sirosis ( terjadinya perubahan sel sel hati menjadi tidak teratur disertai terbentuknya jaringan ikat ), sementara pada usia dewasa hanya terjadi diantara 5 - 10 % kasus. Hal ini dapat terjadi karena belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh pada bayi, sehingga pencegahan dengan vaksinasi sangat penting diberikan sedini mungkin. Pemberian vaksinasi Hepatitis B sesuai program imunisasi nasional diberikan dalam kombinasi dengan vaksin DPT dalam satu preparat tungal. Beberapa penelitian menunjukkan respon kekebalan pada vaksin kombinasi lebih tinggi dari pada pemberian secara terpisah. Jadwal pemberian imunisasi DPT/Hb kombo sebanyak 4 kali, diberikan saat usia 0 - 7 hari, kemudian saat usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.



Hepatitis adalah proses radang pada hati, dapat disebabkan karena infeksi virus ( virus Hepatitis A s/d G, virus Cytomegalo atau virus Eipstein Bar ), infeksi Salmonela Typhi , infeksi Amoeba. Dapat juga karena manifestasi toxic dari obat / bahan kimia. Hepatitis karena infeksi ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi kotoran penderita atau melalui cairan tubuh ( hubungan seks, dari ibu hamil kepada janin yang dikandung, transfusi, pemakaian jarum suntik atau benda tajam lain yang terkontaminasi ). Proses perjalanan penyakit tergantung pada sistem kekebalan tubuh penderita, bila sistem pertahanan ini baik akan diikuti proses penyembuhan , bila lemah akan menjadi khronis menuju terjadinya Sirosis atau kanker hati. Sirosis hepatis dapat juga timbul akibat konsumsi alkohol berlebihan dalam waktu yang lama biasanya lebih dari 5 tahun, ataupun karena aflatoxin dari jamur yang terkontaminasi dalam makanan. Pengalaman klinis menunjukkan adanya kasus kasus Sirosis ataupun kanker hati dengan riwayat pemakaian alkohol atau minum jamu godog secara terus menerus sebelumnya. Jamur Aspergillus Flavus atau Aspergillus Parasiticus yang menghasilkan aflatoxin dapat terkontaminasi dalam bahan bahan makanan seperti bumbu dapur, beras, jagung, kacang kacangan akibat penyimpanan dengan kelembaban dan suhu yang mendukung ( umumnya pada temperatur diatas 20 derajat celcius dan pada kelembaban udara 90 % ) , diperlukan kehati hatian pemilihan bahan makanan yang tidak berjamur. Agar suatu bahan makanan tidak ditumbuhi jamur , saat menyimpan harus dikeringkan dulu karena kelembabannya harus dibawah 8 %. Biji padi padian selalu membawa spora jamur yang akan berkembang dengan cepat apabila kondisinya memungkinkan, kacang tanah saat dipanen kelembabannya 30 % merupakan kondisi yang baik sekali untuk tumbuhnya jamur , karena itu sangat penting kegiatan pengeringan sebelum penyimpanannya.



Sumber : - H.Ali Sulaiman, Yulitasari, Panduan praktis Penata laksanaan dan pecegahan

Hepatitis B, Yayasan penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, 2004.

- Pedoman pelaksanaan imunisasi DPT/Hb kombo, Dirjen PPM PL , Depkes RI, 2004.


- Peranan aflatoxin pada karsinoma hepatoseluler, Majalah Kedokteran Indonesia, Feb 1987.



1 komentar: