Laman

Minggu, 23 Mei 2010

Pencemaran Limbah plastik dan elektronit

Tayangan Earth From Above dalam Metro TV 22 Mei 2010 , menggambarkan :
  • Sampah dari plastik ( botol, gelas dll ) sangat banyak ditemukan ditempat yang sering dikunjungi masyarakat , di gunung Everest, gunung Fuji, gunung Himalaya, pantai Hawai , bahkan diikuti banyak kematian binatang laut dipantai Hawai ( karena mengkonsumsi hancuran plastik yang bersifat racun ) .
  • Telah dilakukan gerakan membersihkan sampah di gunung Everest dan Fuji, berhasil melibatkan 30.000 orang di gunung Fuji.
  • Ditengah lautan Pacifik yang jauh dari pantai, ditemukan jumlah sampah plastik 6 kali lebih banyak dari jumlah plankton.
  • Jumlah sampah komputer dan elektronik diseluruh dunia mencapai 40 juta ton , setara dengan 4000 menara Eiffel . Telah ada larangan export limbah berbahaya ini dari negara maju ke negara miskin, namun saat ini masih ada pengirimannya di Hongkong yang kemudian diolah ( dengan memilah, menghancurkan ) untuk dijual kembali oleh penduduk miskin setempat. Mereka sangat rentan terpapar racun cadmium, carbon , dll.

Renungan :

  • di Indonesia sampah plastik telah dipilah sejak ditempat sampah didepan rumah sampai yang ada di tempat pembuangan akhir oleh para pemulung kita. Tapi rasanya masih cukup banyak juga yang terbawa kelaut dan membahayakan biota laut. Seandainya kemasan air minum dari gelas plastik dan botol plastik dapat diganti dengan kertas , pencemaran racun plastik bisa sangat berkurang. Akan tetapi meningkatnya kebutuhan kertas akan meningkatkan kebutuhan penebangan pohon, selanjutnya meningkatkan penggundulan hutan dan banjir makin meluas dimana mana. Sumber air bersihpun akan semakin berkurang, sehingga kebutuhan air minum kemasan pun makin meningkat lagi. Sebuah lingkaran setan yang terjadi seiring makin banyaknya jumlah penduduk dunia. Disini terasa juga dampak pengendalian jumlah penduduk terhadap lingkungan , keluarga berencana perlu ditingkatkan untuk mengendalikan jumlah penduduk, untuk meningkatkan kesejah teraan keluarga dan juga untuk kelestarian lingkungan.
  • Proses pengolahan sampah telah banyak di promosikan , namun implementasinya masih perlu ditingkatkan. Sampah yang menggunung ternyata menghasilkan gas yang memberikan efek global warming ( peningkatan suhu bumi ). Pengalaman mengolah sampah menjadi kompos di RW 06 keluranan Sumur Batu ,Jakarta Pusat dalam Kompas tanggal 22 Mei 2010, dapat menurunkan volume sampah di tempat pembuangan akhir sebesar 40 %. Sungguh kegiatan yang menarik , menghasilkan pupuk untuk menghijaukan lingkungan sekaligus membantu mengurangi pemanasan global.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar