
Salah satu berita diharian Kompas , 10 Mei 2010 membahas tentang jumlah pasien DBD yang bertambah . Penyakit ini sering menimbulkan keresahan . Walaupun yang meninggal jumlahnya sangat sedikit , tetap saja kita merasa sangat khawatir
bila diantara keluarga kita terutama anak anak ada yang terserang.
bila diantara keluarga kita terutama anak anak ada yang terserang.
Saat dirawat di RS , cairan transfusi yang diberikan bertujuan untuk mengganti cairan yang bocor, mencegah / mengatasi shock.
Mengapa jumlah penderita DBD cenderung tetap tinggi terutama di kota kota besar antara lain diibukota jakarta ? Karena penyebarannya sangat berkaitan dengan kepadatan dan mobilitas penduduk yang tinggi.
Contoh : Seekor nyamuk Aedes Aegypti ( nyamuk penular DBD ) menggigit seorang penderita di Jakarta Pusat, beberapa hari kemudian menggigit bapak Banu yang sedang menunggu kendaraan umum didaerah tersebut. Bapak Banu kemudian menjadi penderita DBD , dan selanjutnya dapat menularkannya lagi ke sekitar tempat tinggalnya di Jakarta Selatan ataupun kelingkungan kerjanya di Jakarta Timur.
Contoh kemungkinan yang lain : Bapak Banu menderita Demam Berdarah , namun tidak ada tetangganya di Jakarta Selatan maupun rekan kerja sekantornya di Jakarta Timur yang tertular. Hal ini dapat terjadi bila tidak ada nyamuk penular DBD disekitar tempat tinggalnya dan dilingkungan tempatnya bekerja. Kondisi ini dapat kita usahakan dengan melaksanakan 3 M ( Menguras, Menutup dan Menimbun ) secara terus menerus sekali seminggu . tentunya harus dilakukan secara menyeluruh oleh semua warga , didalam gedung, di halaman , di pinggir jalan , dirumah, di masjid, di sekolah, di restoran , di warung , di tempat rekreasi , di kantor , dll ..... mengontrol bak mandi, vas bunga, tempat penyimpanan air didapur, ember, tempat minum burung, kaleng bekas, dispenser , talang air, torn, ban bekas di pinggir jalan ......... dll
Masih ada diantara kita yang menginginkan adanya penyemprotan secara rutin .............. ini tidak benar , karena penyemprotan akan membunuh semua nyamuk yang ada , namun akan diikuti munculnya lagi nyamuk dari jentik yang menetas keesokan harinya.
Saat ada penderita DBD, biasanya petugas kesehatan dibantu masyarakat melakukan pemeriksaan disekitar tempat tinggal penderita . Bila ditemukan jentik nyamuk ataupun penderita demam lainnya , berarti ada resiko terjadi penularan , harus dilakukan penyemprotan . Penyemprotan dilakukan untuk membasmi nyamuk yang sudah menggigit penderita dan mengandung virus DBD. Makin cepat kasus DBD terlaporkan ke puskesmas terdekat , akan semakin cepat kegiatan penanggulangan ini terlaksana, sehingga semakin tepat waktu mencegah terjadinya penularan. Sebaiknya keluarga segera meminta data penderita dari RS saat didiagnosa untuk segera dilaporkan , tidak menunggu sampai saat sembuh dan pulang dari RS .
Gambaran perjalanan penularan virus DBD :
- Seekor nyamuk Aedes Aegypti siap menularkan virus DBD melalui liurnya 1 minggu setelah menggigit penderita
- Seorang penderita menjadi sumber penularan ( ada virus DBD didalam darahnya ) sejak 2 hari sebelum demam dan selama 5 hari pertama demam.
- Nyamuk aedes Aegypti menghisap darah manusia setiap 2 hari, dari pagi sampai petang , mampu terbang sejauh 100 meter, berumur 2 - 3 bulan, setiap kali bertelur sebanyak 100 butir.
- Telur nyamuk ditempat yang kering dapat tahan sampai 6 bulan pada suhu antara - 2 sampai 42 Celcius , dan bila kemudian tergenang air dapat berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Sumber : Pedoman Pencegahan dan pemberantasan DBD di Indonesia, Depkes RI , 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar